Makhluk Kuat Tak Selamanya Kuat
Halo teman-teman Cahaya Tinta Indonesia! DI bumi ini, kata "kuat" sudah tak asing lagi kita dengar. Bahkan pada beberapa kejadian kita masih mengetahui prinsip rimba yang mungkin masih berlaku di sekitar kita, termasuk bagi anak-anak. Apalagi kondisi emosional anak-anak belum stabil. Terkadang mereka yang badannya besar (mungkin faktor genetik) mengaanggap bahwa dia selamanya bisa mengendalikan orang-orang lemah. Biasanya hal seperti ini terjadi akibat belum tahunya anak-anak dalam menghormati orang dan juga bagaimana cara interaksi sosial yang baik. Jadi, orang dewasa yang memiliki cara berpikir seperti ini berarti dia tidak memiliki perbedaan emosional dengan anak-anak.
Prinsip rimba menyatakan orang yang kuat ototnya-lah yang menang. Padahal, prinsip seperti ini hanyalah berlaku jika kita bekerja pada ikatan-ikatan atau geng preman di terminal bis ataupun pasar. Mereka memerlukan kekuatan otot untuk memeras orang-orang jika bahannya habis. Jika kita bekerja di bidang-bidang lainnya seperti guru dalam pendidikan, dokter dalam kesehatan, dan lainnya, kamu cukup memiliki ilmu dan keahlian tentang bidang tersebut. Dari sini kita dapat menyimpulkan jika kerja cerdas lebih unggul daripada kerja keras. Pesan saya bagi kamu yang suka memeras orang lain karena kekuatan ototmu, jangan berpikir bahwa kamu dapat mengancam semua orang dengan ototmu. Hanya orang-orang bodoh yang takut dengan ototmu. Orang-orang pandai dan cerdas sedikitpun tidak takut dengan kekuatan ototmu. Karena mereka mengetahui hukum dan cara menyikapi orang-orang seperti kamu.
Makhluk Kuat Tak Selamanya Kuat
Disini, saya ingin mengambil dunia perpolitikan sebagai contoh. Jika kamu sering membaca berita politik internasional, tak jarang kita mengetahui bahwa negara-negara kuat seperti Amerika Serikat, China, sampai Uni Eropa mengintervansi urusan negara lain, terutama negara-negara lemah. Urusan dalam negeri mereka seakan-akan telah tuntas sampai berani mengintervansi negara lain. Tapi, apakah mereka akan terus seperti itu dan terus terlihat berjaya? Jawabannya dapat kita peroleh dari pengggalan-penggalan data dari masa lalu, atau dengan kata lain adalah sejarah. Informasi-informasi yang ingin kita ambil dapat kita sesuaikan dengan sesuatu yang mirip pada data sejarah. Nantinya, data-data hasil atau akibat dari kejadian pada masa lalu akan menjadi jawaban atas kemungkinan yang terjadi di masa depan.
Runtuhnya Romawi Dan Persia
Pada masa lampau, sejarah mencatat Romawi dan Persia adalah kerajaan paling kuat dan berpengaruh pada masanya. Karena sangat besarnya Kerajaan Romawi, wilayahnya dibagi menjadi dua, yaitu Romawi Timur yang berpusat di Kota Roma dan Romawi Barat yang berpusat di Konstantinopel. Sampai-sampai, Romawi dan Persia berperang demi memperebutkan pengaruh yang mereka hasilkan. Tak jarang mereka menggunakan keyakinan penduduk untuk urusan perang. Salah satu dari pengaruh mereka adalah kekuasaan politik. Sayangnya, perebutan pengaruh mereka dapat dikatakan sia-sia belaka. Karena pada akhirnya tak ada yang berhasil menguasai wilayah musuhnya secara utuh dan permanen. Dan yang terjadi malah diluar dugaan mereka. Bangsa Arab dan Turki dengan ajaran kedamaian Islamlah yang menaklukkan Romawi Timur dan Persia. Parahnya, Romawi Barat diserbu oleh Bangsa Barbar hingga runtuh seutuhnya. Sungguh akhir yang tidak terbayangkan pada awalnya.
Jika kamu penasaran dan ingin melihat peninggalan-peninggalan dari Romawi dan Persia, kamu dapat mengunjungi negeri-negeri bekas pemerintahan mereka. Kamu dapat menjumpai peninggalan Persia di timur tengah, Byzantium (Romawi Timur) di Istanbul, Turki, dan Romawi Barat di seantero Eropa, terutama wilayah Italia.
Dari kedua peradaban besar dan kuat ini, kita harus memetik pelajaran. Keduanya merupakan negeri terbesar pada masanya. Mungkin orang yang hidup pada masa kejayaan di antara dua negeri tersebut tidak pernah menyangka bahwa negeri yang mereka kagumi dan banggakan akan ditaklukkan oleh sebuah bangsa, yang sama sekali tidak pernah mereka bayangkan sebagai sebuah ancaman.
Runtuhnya Kekhalifahan Islam Terakhir
Dengan runtuhnya Romawi Timur dan Persia, Kekhalifahan Islam mempengaruhi wilayah-wilayah tersebut. Agama dan kebudayaan Islam menjadi dominasi. Tidak mengherankan, karena sejarah mencatat bahwa jika Islam Sunni telah menduduki sebuah daerah, mereka akan menerapkan sistem toleransi kepada pemeluk agama lainnya. Dengan sendirinya penduduk setempat akan memeluk Agama Islam secara sukarla tanpa paksaan.
Faktanya, pertumbuhan Kekhalifahan Islam lebih cepat dari pada perkembangan wilayah Romawi pada puncak kejayaannya. Karena sangat kuatnya, raja-raja Eropa setelah runtuhnya Romawi menganggap Kekhalifahan Islam sebagai sebuah ancaman yang sangat serius. Terutama pada Utsmaniyyah. Satu persatu wilayah Eropa dibebaskan oleh mereka. Namun karena permasalahan internal, wilayah mereka runtuh sepenuhnya pada abad ke-20 yang ditandai dengan berdirinya Republik Turki.
Memudarnya Kekuasaan Mongol
Pada abad pertengahan, Mongol datang seperti gelombang tsunami hampir ke seluruh penjuru, termasuk wilayah Nusantara. Saat itu, Eropa dilanda kecemasan karena takut akan serangan Mongol. Pakar sejarah menyatakan bahwa seandainya Ogedei Khan memiliki umur lebih panjang, kemungkinan besar seluruh Eropa sudah berada dalam genggamannya. Kekuasaannya terbentang hingga tiga puluh juta km².
Pada awalnya, orang-orang pada masanya juga tidak membayangkan Kekaisaran ini runtuh. Seperti negeri-negeri lainnya, kekuasaan bangsa ini memudar seiring berjalannya waktu.
Kesimpulan
Sekarang, di era informasi dan globalisasi, apakah kamu pernah menyangka negara-negara besar seperti Amerika Serikat, China, dan Rsia tidak akan pernah terkalahkan? Atau sebaliknya? Pendapatmu berada pada pemikiranmu sendiri. Dari sini kita juga dapat mengambil hikmah bahwa sesuatu yang kuat, hebat, dan berjaya tak selamanya akan seperti itu. Zaman akan terus berganti beserta para penghuninya. Jika pada saat ini negeri-negeri tersebut memiliki pemimpin yang cakap, apa jadinya jika di masa depan mereka dipimpin oleh orang-orang tidak becus dan individualis?
Coba kita tilik sejarah mesir setelah kekuasaan Alexander The Great. Hanya beberapa fase kekuasaan yang dipegang oleh pengikutnya yang mampu mengemban amanah dan cakap dalam memerintah. Sisanya adalah para pemimpin individualis. Mereka bahkan dengan remehnya meninggalkan pemerintahan dan menghabiskan seluruh hidupnya untuk melakukan hobinya. Bayangkan, pemerintahan ditinggalkan begitu saja hanya untuk bermain seruling.
Dengan memetik nilai-nilai sejarah dari data yang masih ada, cobalah kita meresap kebaikan-kebaikan dan menghindari atau mencegah seluruh keburukan dan bencana yang telah terjadi. Jangan biarkan para pemimpin bijak pada saat ini digantikan oleh pemimpin-pemimpin individualism yang tak memiliki rencana untuk masa depan bangsa, apalagi umat manusia.
Penutup
Terima kasih bagi para pembaca karena telah meluangkan waktunya untuk membaca artikel saya. Jika ada saran, kritik, dan komentar, jangan sungkan-sungkan untuk memberitahukan kepada kami. Mohon maaf jika ada kesalahan baik pada tulisan ataupun isi. Jangan lupa baca artikel lainnya, ya! Sampai jumpa!