Apakah Perencanaan Terbaik Pasti Berhasil?
Halo teman-teman Cahaya Tinta Indonesia! Tidak sedikit orang-orang berpikir bahwa perencanaan terbaik sudah pasti berhasil. Apakah benar seperti itu? Pada topik ini, saya mencoba untuk membawa sejarah untuk menjawab pertanyaan tersebut. Seperti yang telah ditulis sejarah, dunia ini pernah menyaksikan sebuah perang besar. Puluhan juta rakyat sipil tewas didaerah yang menjadi medan perang. Perang tersebut dipicu oleh oknum yang menyatakan dirinya sebagai ras tertinggi di muka bumi. Mereka bersekutu dengan oknum lainnya yang haus kekuasaan. Kekuatan mereka disebut sebagai Axis.
Total kekuatan utama Blok Axis ada tiga. Dua berada di Benua Eropa dan satu lagi di Asia Timur. Walaupun kekuatan mereka dapat kita katakan sedikit, jika dari berhadapan langsung dengan mereka dapat berakibat fatal. Mereka juga pandai menyusun strategi. Salah satu strategi efektifnya adalah teknik Blitzkrieg. Moral para prajuritnyapun juga dapat dikatakan berani mati terhormat demi bangsa dan negaranya. Kombinasi dari dua poin tersebut menghasilkan kesuksesan pada hampir seluruh operasi militer mereka pada awalnya. Titik lemah bagi mereka adalah waktu dan sumber daya.
Seandainya Blok Axis memiliki waktu lebih longgar dan sumber daya lebih melimpah, terutama sumber daya manusia, kemungkinan bahasa internasional hari ini terbagi menjadi tiga bahasa. Waktu yang terlalu sempit juga mengakibatkan mereka bertindak gegabah. Sumber daya yang semakin hari menjadi semakin menipis juga memberi efek pada tahun-tahun akhir peperangan. Sedangkan salah satu anggota pihak yang melawan mereka memiliki sumber daya manusia yang seakan-akan tak ada habisnya. Akhirnya, kekuatan yang cerdas dan berani dapat dipatahkan oleh teknik pengeroyokan ditambah lagi tidak diberikan waktu sekaligus menguras habis seluruh sumber daya mereka pada tahun 1945.
Kesimpulan
Dari data sejarah tersebut, kita dapat memetik hikmah dan pelajaran yang sangat berharga. Blok Axis sudah merancang strategi cerdas walaupun mendadak. Keterbatasan waktu dan sumber daya-lah letak kendala pada mereka. Sedangkan musuh mereka seperti tak habis-habisnya terus mengirimkan pasukan. Mereka juga kalah akibat terlalu percaya diri dengan teknik-teknik dan perencanaan mereka terhadap medan perang dan musuh. Jika mereka memiliki cukup sumber daya untuk melengkapi teknik bertempur mereka, mungkin sejarah tidak terlihat seperti saat ini.
Oleh karena itu, dari kasus ini juga kita ambil pelajaran untuk tidak terlalu serakah. Akhir dari orang-orang serakah yang ingin terus mengambil bahkan merebut lebih banyak dari jatahnya akan menjadi seperti Hulagu Khan di Ain Jalut, Napoleon Bonaparte di Waterloo, dan seperti yang baru saja kita bahas, Adolf Hitler di Berlin.
Saya rasa nasib Kaisar Hirohito di Jepang masih lebih baik daripada dua pemimpin sekutunya. Dia menyerah kepada sekutu dan menarik kembali prajuritnya kembali dari koloni mereka setelah Kota Nagasaki dan Hirosima dibom. Akhirnya, hanya kekuasaannya yang dikurangi. Internasional sudah trauma dengan bangkitnya Adolf Hitler setelah Kekaisaran Jerman dibubarkan. Mereka khawatir Adolf Hitler yang baru akan muncul dari Jepang jika negara tersebut dibubarkan dan Kaisarnya diadili sebagai penjahat perang seperti Nazi Jerman.
Dari sini juga kita bisa belajar untuk tidak terlalu gengsi. Kaisar tersebut rela menyerah kepada sekutu demi kedamaian bangsanya. Keputusan ini membuatnya tetap menjadi kaisar tanpa perlu menghancurkan negaranya sendiri seperti Adolf Hitler. Setelah perang berakhir, dia membangun kembali Jepang yang hancur akibat perang. Kini, kita semua mengetahui Jepang telah bertransformasi menjadi salah satu negara maju. Berbeda dengan Hitler. Lihatlah, karena sangat gengsinya kepada musuh dan egonya, Hitler memerintahkan tentara Jerman untuk terus bertahan walaupun peluangnya kosong. Ketika Sekutu mulai mendekati bunkernya, dia malah memutuskan untuk bunuh diri seakan-akan dia tidak mau bertanggung jawab dari perbuatannya.
Penutup
Terima kasih kepada para pembaca yang rela menyisihkan waktunya untuk membaca artikel saya. Mohon maaf jika ada kesalahan baik pada poin penyampaian maupun pada penyusunan kata-kata. Jika kamu memiliki saran, kritik, dan komentar, jangan sungkan-sungkan untuk menulisnya pada kolom komentar di bawah. Atau, jika kamu tidak memiliki akun untuk menuliskan komentar, kamu bisa menghubungi kami melalui WhatsApp, Email, Facebook, atau yang lainnya. Kamu bisa mengetahui informasi untuk menghubungi kami pada kolom Lainnya > Contact US. Kami sangat berterima kasih jika kamu memberi masukan kepada kami. Jangan lupa baca artikel lainnya dan sampai jumpa!
Klok boleh kasih saran
Tlong buatkan satu artikel
Yg berupa novel
Insya Allah kami usahakan. Tetap setia ke Cahaya Tinta, yah.