Kisah Bukti Suatu Keberadaan
Mohon dibaca sampai selesai agar tidak terjadi kesalahpahaman
Hari ini, Joko si dermawan pergi berlibur ke luar negeri. Sebenarnya negeri yang sedang dia datangi saat ini bukan tujuan utama. Dia ingin mengunjungi beberapa negeri lainnya sebagai pelengkap liburan setelah selesai berlibur di negeri ini. Dia membawa sebagian kekayaannya sebagai bekal bertahan hidup dan berbagi rezeki di tempat yang masih asing baginya.
Menurut informasi yang dikumpulkannya, tingkat tindakan kriminal di negara ini sangat tinggi walaupun rata-rata kebutuhan penduduknya tercukupi, bahkan lebih. Dia juga mendengar bahwa sebagian besar penduduk kota ini tidak menganut satu agamapun. Mereka mengingkari keberadaan tuhan. Kepercayaan mereka hanya bergantung kepada penelitian sains di laboratorium.
Seperti para turis kebanyakan, Joko tidak mau menghabiskan waktu untuk membeli bahan-bahan dapur hanya untuk membuat makanan. Dia memerintahkan pelayan yang ikut dengannya untuk membeli makanan khas setempat, untuk sarapan pagi ini.
Selama menunggu makanan datang, dia membuka ponsel pintarnya untuk melihat berita hari ini, termasuk kejadian-kejadian di negeri tempat dia berkunjung saat ini.
Ketika sedang sibuk menggulir-gulir layar ponsel pintarnya, dia menemukan sebuah informasi yang menyatakan bahwa ketombe rambut dapat menyebabkan kanker jika dikonsumsi baik sengaja maupun tidak disengaja.
Saat ini rambut Joko sudah sepanjang bahu. Sudah berbulan-bulan dia sibuk memikirkan bisnis tanpa berpikir ke rambutnya sama sekali.Terlepas dari memperiksa kebenaran informasi yang didapatnya, Joko memutuskan bahwa dia harus memotong rambutnya terlebih dahulu pagi ini sebelum sarapan.
Ketika pelayannya tiba di penginapan mereka, Joko mengajaknya untuk mencari tukang potong rambut. Mau tidak mau pelayannya harus ikut majikannya dan membantu untuk mencari tukan potong rambut pagi ini.
Setelah belasan menit berkeliling menggunakan mobil pribadi Joko, pelayannya menghentikan laju mobil dan menurunkan kaca jendelanya. Terlihat oleh Joko sebuah bangunan besar khusus untuk potong rambut. Para pekerja di tempat itu masih sibuk mempersiapkan alat-alat dan kebersihan tempatnya.
Tanpa basa basi, Joko membuka pintu mobilnya dan turun. Dia bersiap untuk berdialek dengan bahasa yang berlaku di tempat itu. "Jangan lupa dikunci mobilnya, juga amankan benda-benda berharga" Joko mengingatkan pelayannya.
Setelah mengamankan semuanya, pelayan Joko mendatangi salah seorang pekerja yang sedang mengepel lantai bagian luar bangunan tersebut. Mereka berdialek sebentar.
"Tuan, kita datang terlalu pagi. Mereka masih bersiap-siap" Pelayan Joko menoleh ke arah majikannya.
Joko berpikir sejenak. Dia merangkai kata-kata dengan bahasa yang tidak biasa digunakannya agar terlihat lebih baik. "Tidak bisakah salah seorang dari kalian memotong rambutku? Aku bahkan belum sarapan hanya karena itu"
Pekerja kebersihan itu memasukkan pelnya ke dalam ember. Dia mampu mencerna rangkaian kata-kata Joko yang mungkin terdengar aneh dan lucu baginya. Dia memanggil salah seorang temannya yang sedang bersiap-siap di kursi tempat pangkas, berbicara beberapa patah kata.
Pekerja yang sedang bersiap di kursi tempat pangkas menoleh Joko. Dia mengangguk, mempersilakan Joko untuk duduk di kursi tempat memotong rambutnya. Petugas kebersihan yang tadinya mengepel lantai menyediakan kursi menunggu untuk pelayan Joko sebelum melanjutkan pekerjaannya.
"Apa yang membuat tuan begitu cepat ingin memotong rambut? Bukankah kegiatan ini dapat dilakukan kapanpun?" Tukang potong rambut itu menutupi tubuh Joko dengan kain khusus potong rambut untuk mencegah rambut yang telah dipotong mengotori pakaiannya.
"Saya melihat informasi dari internet bahwa ketombe yang termakan dapat menyebabkan kenker di dalam tubuh" Joko menjelaskan.
Tukang potong rambut yang masih mengurus alat pangkasnya kembali bertanya, "Apakah sudah kamu periksa tentang kebenaran dan referensinya?" Sesekali dia menoleh ke Joko.
"Belum, tapi saya cukup yakin"
"Oh, tuan. Jangan langsung meyakini sesuatu yang baru saja kamu ketahui, apalagi penulis informasinya saja belum jelas. Bisa jadi itu adalah informasi palsu demi kepentingan suatu golongan, bukan?" Tukang potong rambut malah menasihati. Dia telah membersihkan alat pangkasnya. Dia menyalakan alat tersebut, bersiap memotong rambut Joko.
Joko diam saja. Benar juga perkataan orang itu.
Beberapa menit setelah itu, tukang potong rambut tidak berbicara sedikitpun sampai akhirnya dia bertanya kepada Joko soal kepercayaannya kepada tuhan.
"Itu hal yang sangat sensitif bagi kami, saudara. Sampai sekarang, saya bersyukur karena masih meyakini keberadaannya." Joko merespon pertanyaan tukang potong rambut. Dia tidak mengerti kenapa tiba-tiba dia ditanya soal keyakinan.
"Bagaimana kalian mempercayai sesuatu yang tidak bisa dilihat dan tidak bisa didengar?" Lagi-lagi tukang potong rambut mempermasalahkan keyakinan Joko.
Untungnya Joko pernah belajar di sekolah saat kecil dahulu cara menangkal pertanyaan seperti ini. "Kenapa kita harus melihat langsung atau mendengar langsung keberadaannya untuk mengakui sesuatu? Ada banyak sekali bukti keberadaannya di dunia ini"
Si tukang potong rambut menghentikan gerakannya sebentar. Dia terkejut. Baru saat itu dia mendengar seseorang menyatakan bahwa banyak bukti keberadaan tuhan di dunia ini. "Bukti seperti apa yang tuan maksud? Bisakah tuan jelaskan secara terperinci?"
Joko memikirkan rangkaian kata-kata yang akan dilepaskannya sebentar. "Salah satu buktinya adalah alat pangkas yang sedang saudara pegang. Apakah saudara yakin bahwa alat tersebut mampu bergerak sendiri tanpa sistem kecerdasan buatan?"
"Jelas tidak, tuan. Bahkan benda ini membutuhkan sistem lain yang membantunya untuk bergerak walaupun sudah memiliki kecerdasan buatan." Tukang pangkas menjawab
"Begitu juga dengan keyakinan saya. Saya yakin ada suatu dzat yang menciptakan akal pikiran saya dan saya tidak yakin akal pikiran saya tercipta begitu saja tanpa ada yang mendesain sebelumnya. Bahkan kita juga membutuhkan sistem lain yang telah diciptakan oleh tuhan untuk dapat bertahan hidup. Apakah saudara yakin alat potong rambut yang sedang saudara pegang terbentuk dengan sendirinya?" Joko membalas lagi dengan pertanyaan.
"Jelas tidak, tuan. Benda ini pasti ada yang merakit dan mendesainnya terlebih dahulu. Orang yang merakitnya pasti orang yang hebat!" Tukang pangkas kembali menjawab pertanyaan Joko.
"Begitu juga dengan keyakinan saya. Saya yakin ada suatu dzat yang menciptakan seluruh alam semesta ini dan saya tidak yakin bahwa alam semesta ini tercipta dengan sendirinya. Dzat yang menciptakan alam semesta pastilah sesuatu yang maha hebat." Joko menjelaskan lagi, untungnya dia fasih menjelaskannya.
Tukang pangkas tertegun. Begitu pula pekerja lainnya yang sedang menyimak dialek mereka. "Tuan menjawab beberapa pertanyaan yang membingungkan saya selama beberapa tahun terakhir. Biaya potong rambut ini gratis untuk tuan. Tapi, bolehkah tuan ajarkan saya tentang keyakinan kepada tuhan?" Tukang pangkas melepaskan kain khusus potong rambut yang tadi menyelimutinya. Kegiatan potong rambut telah selesai.
Joko berdiri dari kursi pangkas tersebut. Dia menggeleng untuk bebas biaya itu. Tangannya mengisyaratkan kepada pelayannya untuk memberikan sejumlah uang kepada tukang potong rambut tersebut.
"Saya tidak bisa mengajari saudara tentang ketuhanan karena saya takut salah. Tapi saya mempunyai saran untuk berguru kepada orang-orang yang paham agama dan menguasai kitab-kitab agama. Perlu saudara ketahui, bahwa agama yang diterima tuhan saat ini hanya satu, yaitu agama yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun dan ayat-ayat kitab suci agama itu langsung berasal dari firman-Nya melalui perantara. Ayat-ayat kitab suci tersebut belum berubah sedikitpun hingga sekarang dan sebagian ayat dari kitab suci agama itu telah dibuktikan sains kebenarannya" Joko menjelaskan panjang lebar tentang agama yang diajarkan gurunya dahulu di sekolah.
Beberapa saat setelah penjelasan yang menghentikan kegiatan pekerja-pekerja di bangunan itu, pelayan Joko memyodorkan sejumlah uang kepada tukang pangkas. "Jasa ini gratis untuk tuan. Saya tidak bisa menerimanya." Tukang pangkas melambaikan tangannya.
Pelayan Joko menoleh ke majikannya.
"Letakkan saja di sini" Joko mengambil sejumlah uang dari pelayannya dan meletakkannya di kursi pangkas. "Harta orang yang diberikan kepada orang lain tidak akan berkurang sedikitpun, bahkan hartanya kembali dengan berlipatganda"
"Letakkan saja di sini" Joko mengambil sejumlah uang dari pelayannya dan meletakkannya di kursi pangkas. "Harta orang yang diberikan kepada orang lain tidak akan berkurang sedikitpun, bahkan hartanya kembali dengan berlipatganda"
Kisah yang mengandung hikmah besar
Terimakasih atas kunjungan suhu 🙏🏻