Kisah Senjata Makan Tuan (Seri-1)

Rick adalah seorang perantau. Dia memutuskan untuk pulang dari kota tempat dia merantau karena tidak tahan dengan kenyataan hidup di perkotaan dan bisnis yang telah dikelolanya selama belasan tahun sudah lebih dari cukup untuk membeli tanah luas di pedesaan indah.

Bukan hanya membeli rumah, Rick bahkan membeli beberapa hektar tanah di sekitar sungai. Dia membangun tembok perbatasan di setiap batas tanahnya. Beberapa bagian dari wilayah yang telah diborongnya juga didirikan rumah untuk disewakan kepada turis yang ingin melepaskan stres dari kota pada masa-masa libur.

Usaha Rick untuk membangun rumah hunian bagi turis tidak sia-sia. Beberapa bulan setelah rumah-rumah tersebut selesai dibangun, turis-turis yang datang benar-benar memilih untuk menyewa rumah hunian yang didirikannya ketimbang memilih penginapan yang bertetangga dengan wilayah penduduk lainnya.

Tidak hanya memiliki bisnis di perkotaan, bisnis rumah hunian di desa indah sebagai pelepas stres pun berjaya. Memang tepat cara berpikir Rick. Orang-orang kota berlibur ke pedesaan bukan hanya untuk memancing dan berburu di alam liar. Mereka juga menginginkan hunian yang langsung bersentuhan dengan alam, tanpa gangguan sedikitpun dari aktifitas penduduk sekitar.

Suatu ketika, rombongan anak-anak desa memasuki wilayah Rick yang tidak bertembok di pesisir sungai. Mereka nekat bermain di tempat tersebut. Permainan mereka sangat mengganggu ketenangan para turis yang menyewa rumah Rick.

Mengetahui kejadian tersebut, Rick langsung mendatangi tempat anak-anak desa tadi bermain. Setelah sampai di tempat yang dilaporkan, dia tidak lagi melihat anak-anak desa berlari-lari. Mereka sudah sibuk bermain air dan pasir di sungai. Pakaian yang sebelumnya dikenakan bertumpuk di suatu tempat.

Rick terkejut begitu melihat anak-anak desa tersebut menebangi pohon pisang yang pisangnya sendiri juga masih kecil dari wilayahnya untuk dijadikan rakit-rakitan. Sebenarnya dia marah. "Apa yang kalian lakukan dengan pisang-pisangku?!" Tanyanya dengan sedikit berteriak ke arah sungai tempat anak-anak desa bermain.

Sebagian anak-anak berhenti dari kegiatannya sejenak, menatap Rick, kemudian mengalihkan pandangan kepada seorang bocah yang sedang mengikat pelepah-pelepah pisang untuk dijadikan rakit.

"Sudah kubilang tadi, kan? Bagaimana sekarang?" Seorang bocah lainnya berseru kepada bocah yang menjadi pusat perhatian saat ini.

Bocah yang dinantikan jawabannya tetap santai mengikat pelepah. Sesekali dia berseru kepada teman yang berada di dekatnya untuk membantu.

"Kalian tidak pernah diajarkan orangtua kalian aturan-aturan?!" Rick kembali berteriak.

Bocah yang sedang mengikat pelepah tadi menyahut, "Tidak ada yang melarang kami bermain dan mandi selain di waktu kami bermain, pak!"

"Kalian boleh meminta izin untuk bermain di wilayahku saat tidak ada turis yang menginap di sini! Tapi aku tidak pernah mengizinkan kalian untuk menebas pohon-pohon pisang!"

Seketika bocah yang sedang mengikat pelepah terhenti dari kegiatannya. Dia menatap Rick dengan tanpa penghormatan. "Suatu saat pisang tersebut akan musnah dari bumi, sama sepertimu! Tidak ada orang mati yang membawa harta!"

Bocah-bocah lainnya beralih menatap Rick, menunggu jawaban.

Rick terdiam beberapa saat. Dia menoleh ke arah baju anak-anak desa tersebut diletakkan. Dia menggaruk dagu dan mengangguk pelan. "Baiklah, jika itu pendapatmu."

Anak-anak desa yang tadinya menunggu respon Rick menafsirkan anggukan Rick sebagai pertanda bahwa mereka telah diizinkan untuk bermain di situ.

Rick mengambil ponsel dari sakunya. Dia menghubungi pelayan di rumahnya untuk membawa bensin dan korek api ke tempatnya secepat mungkin.

Beberapa menit kemudian, pelayannya datang membawa dua botol bensin dan korek api. "Untuk apa korek api di tempat seperti ini, Tuan Rick? Bukannya turis tidak ada di sini?"

Rick tidak menjawab sedikitpun. Dia menerima botol-botol bensin, meminta pelayannya untuk mengumpulkan baju-baju anak-anak desa yang terletak dan tergantung. Pelayannya berhasil melakukannya hanya dalam setengah menit.

Rick menyiramkan bensin ke tumpukan pakaian yang telah terkumpul, dan membakarnya. Beberapa anak-anak desa yang sedang bermain menyadari bau asap di sekitar mereka. Mereka menyelidiki asal asap tersebut.

"Hey!! Baju kita dibakar Tuan Rick!!" Salah seorang anak yang sedang menyelidiki menyadari kegiatan pembakaran tersebut. Mendengar teriakan tersebut, seluruh anak-anak desa yang tadinya melompat-lompat dan berenang-renang di sungai keluar dari sungai.

"Hey, Pak! Apa yang kau lakukan dengan pakaian kami?!" Bocah yang tadinya mengikat pelepah mendekati Rick sambil berteriak.

"Suatu saat pakaian-pakaian kalian akan musnah dari bumi, sama sepertimu! Tidak ada orang mati yang membawa pakaian!"
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url